MAKALAH
VANDALISME
DAN KENAKALAN REMAJA
Disusun Oleh
Nama :
Chandra Marulitua .P
Nim : 710015004
Kelas : 02
JURUSAN
TEKNIK PERTAMBANGAN
SEKOLAH
TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini akan
dibahas mengenai “Vandalisme
dan Kenakalan Remaja”.
Dalam Penulisan
makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Penulis juga ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak
Terutama Dosen Pak Hormat Perangin Angin P,SH yang memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami dan teman-teman sekalian yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu.
Penyusun juga berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi kita semuanya.
Yogyakarta, Maret 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
Membicarakan
sosok remaja adalah obyek yang tidak pernah basi. Sosok mereka selalu dimulai
dengan gejolak baik fisik ataupun mental. Jiwa mereka penuh petualangan. Mereka
seolah memiliki dunia tersendiri. pada umumnya jiwa
remaja selalu menjadi climber, manusia yang selalu dipenuhi semangat untuk
menjadi yang terdepan dalam banyak hal.
Bahkan banyak dari remaja mencari
tantangan-tantangan baru tanpa peduli bahaya dan risiko-risiko yang
dihadapinya. jiwa muda yang penuh gejolak
inilah yang kadang menyeret remaja pada hal-hal yang tak seharusnya, apalagi
jika mereka tak memiliki filter dalam memilih pergaulan. Sebagian dari mereka
kadang terjebak dalam “dunia lain” yang menawarkan kebebasan bertindak.
Remaja-remaja
dalam sekejap berubah menjadi “preman-preman” yang sarat kekerasan dan
kebrutalan sebagai aktualisasi diri dan pengakuan terhadap eksistensi mereka,
baik itu secara pribadi atau berkelompok seperti yang banyak kita saksikan dan
dengar akhir-akhir ini.
Remaja terlibat
genk motor yang brutal, ataupun remaja putri yang terlibat genk brutal dengan
menganiaya remaja putri lain yang dianggap melebihi dan menyaingi mereka.
Adakah
yang salah dengan mereka? disinilah pentingnya peran guru, orang tua dan
masyarakat dalam membimbing para remaja agar tidak terjerumus pada kerusakan. Saya
mengangkat
tema perusakan pada remaja karena pada saat ini di kalangan remaja melakukan
perusakan terhadap suatu fasilitas umum merupakan suatu hal yang biasa bahkan
mereka merasa hebat apabila melakukannya.
Maka dari
itu saya berusaha mengulas mengapa remaja biasa
melakukan perusakan dengan judul Vandalisme dan kenakalan remaja, semoga apa yang saya susun ini bisa
bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi para pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian
Vandalisme.
Vandalisme adalah suatu sikap
kebiasaan yang dialamatkan kepada bangsa Vandal, pada zaman Romawi Kuno, yang
budayanya antara lain: perusakan yang kejam dan penistaan segalanya yang indah
atau terpuji. Tindakan yang termasuk di dalam vandalisme lainnya adalah
perusakan kriminal, pencacatan, grafiti, dan hal-hal lainnya yang mengganggu
mata.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 1989) Vandalisme adalah perbuatan merusak dan
menghancurkan hasil karya seni dan barang berharga lainnya (keindahan alam dsb).
Grafiti merupakan bentuk vandalisme yang paling umum ditemukan di berbagai
tempat.
Bentuk-bentuk Vandalisme yaitu: coret-coret, tulisan atau penodaan yang
menggunakan ballpoint, spidol, stabillo, maupun pensil warna, Pengguntingan
gambar-gambar tertentu, Perobekan pada halaman tertentu,
Bahwa remaja melakukan sesatu yang menurut masyarakat sangat tidak wajar
akan tetapi menurut mereka itu biasa saja, karena menurut mereka bahwa
melakukan perusakan atau vandalism terhadap fasilitas umum atau barang milik
orang lain merupakan ajang untuk mengekspresikan dirinya. Bahwa mereka adalah
sekelompok orang yang memiliki keberanian dan kegagahan.
Misalnya dengan cara mencorat-coret fasilitas umum seperti pada dinding,
jembatan, jalanan dan lain sebagainya seperti pada gambar di atas. fenomena
corat-coret tembok semakin marak akhir-akhir ini, disetiap sudut kota dimana
kita mata memandang, pastilah kita akan menjumpainya. variasinya pun semakin
beragam, dari sekedar coretan inisial nama kelompok di tembok, hingga mulai
gambar-gambar unik yang artisitik
Fenomena ini sangat penting dikaji lebih mendalam untuk menemukan
penanganan yang paling tepat mengingat semakin lama dampak merugikan yang ditimbulkannya
semakin meluas. untuk menghentikan suatu perilaku dapat kita mulai dengan
mengetahui penyebab kemunculan perilaku tersebut, agar intervensi kita untuk
mengubah perilaku tersebut lebih tepat dan dengan harapan hasilnya relatif
permanen.
Jika kita memahami tahapan perkembangan yang sedang dilalui remaja, kita
akan sedikit mengerti, mengapa perilaku vandalisme semacam ini muncul. perilaku
coret-coret di kalangan remaja menunjukkan betapa remaja, anak-anak yang baru
saja merasa dewasa ini, memiliki kebutuhan akan eksistensi.
Mereka ingin keberadaan mereka diakui, bisa dimaklumi masa-masa yang sedang
mereka lewati ini merupakan masa krisis status, masa dimana remaja belum bisa
memasuki pranata sosial usia dewasa dengan aktif bermasyarakat namun juga sudah
dirasa tidak pantas lagi untuk berpolah dan bergaul bersama anak-anak.
Identitas mereka kabur, mengambang, karena itulah para anak yang baru gede
ini sangat ingin diakui, dihargai keberadaannya. mencoretkan nama dan nama
kelompok mereka di tembok-tembok kota mereka rasa mampu menjadi sarananya.
Sering juga kita jumpai, coretan-coretan di tembok ini, tak sekedar berisi
inisial kelompok, tapi kadang berisi curahan perasaan. “- sedang sedih”jatuh
cinta lagi” tulisan tulisan semacam ini sering dijumpai. menarik. karena
ternyata hal-hal yang kita sangka masuk dalam wilayah privat, ternyata di
publish ke publik dan tentu saja dengan tujuan agar orang lain mengetahuinya.
2.2. Penyebab / Faktor Faktor Terjadinya Vandalisme
Faktor-faktor
yang mempengaruhi remaja untuk berbuat vandalisme diantaranya adalah:
1) Teman sebaya
1) Teman sebaya
a. Kalangan remaja biasanya lebih mudah meniru dan terpengaruh oleh teman
sebayanya. tingkah laku teman sebayanya biasanya akan mudah diserap dan ditiru
oleh remaja, apalagi remaja yang memiliki masalah keluarga. Vandalisme biasanya
dilakukan oleh sekelompok remaja yang tidak memiliki tujuan dan mereka merasa
bosan dan akhirnya rasa bosan tersebut mereka lampiaskan dengan merusak arau
menghancurkan fasilitas-fasilitas umum dan benda-benda di sekitarnya.
b. Kebanyakan remaja mengalami masa masa dimana mereka mencari jati diri
dari mereka yang berubah panampilan, gaya hidup, dan pola fikir, disinilah
remaja mulai di hadapkan pada masalah-masalah kehidupan yang kadang rumit dan
menyimpang juga menyesatkan, dari perubahan perubahan inilah yang menimbulkan
tumbuhnya komunitas-komunitas baru, dari komunitas musik, biker's, pic(pokok
iso cangkruk), dll.
Itu semua membuat mereka seakan menemukan rekan atau kelompok yang sefaham
atau sejalan, idealisme seseorang yang mendorong mereka bergabung di satu
komunitas tertentu itu kadang tidak di barengi dengan fikiran jernih dan
pemikiran pemikiran yang logis, yang ada hanya "wah ini baru hidup ku
" tapi pada dasarnya banyak komunitas-komunitas remaja yang tidak punya
arah tujuan, yang penting bisa ngumpul bareng, dari situ maka akan terlahir ide
ide yang mana komunitas itu bisa di kenal di masyarakat atau biasa kita kenal
dengan krisis popularitas wah,! rupanya, ini lah yang membuat beberapa
komunitas menunjukan jati diri mereka dengan melakukan hal-hal positif atau
pula negatif.
Beruntung bagi remaja yang
menentukan komunitasnya dengan pemikiran jernih atau bertujuan, mereka bisa
mengekspresikan diri mereka di halayak umum dengan berkreasi, disisi lain
kehidupan komunitas yang tidak memiliki tujuan, mereka berbuat apapun yang
penting bisa di kenal atau di anggap wah,,gagah,,,jago ,,dan sebaginya dengan
melakukan tindakan tidakan agak nyeleneh atau bahkan menyimpang
Dari tatanan kehidupan yang ada di lingkungan kita semisal, mereka bertato,
tidik, membuat kerusuhan dalam event event music,brutal, premanisme, peruskan
atau vandalise dan lain lain, yang mana semua itu sebenarnya membuat bumerang
bagi mereka.
Mereka menjadi remaja yang bermasalah dalam masyarakat, sekolah bahkan
hilangnya kepercayaan dari orang tua mereka atau biasa kita kenal dengan krisis
kepercayaan. jadi semua yang terjadi adalah dari hati mereka hanya ingin
mengekspresikan diri mereka, baik positif ataupun negatif itulah seni wujud
expresi jiwa melalui media apapun, salah satunya adalah dengan melakukan
vandalisme yang mereka anggap sebagai seni yang menunjukan jati diri mereka.
2) Keluarga
a. Remaja yang melakukan vandalisme biasanya berasal dari keluarga yang
melakukan kebiasaan yang negatif dan keluarga yang memiliki permasalahan yang
membuat si remaja menjadi stres dan mencari sensasi lain yang menurutnya
menyenangkan dan dapat menghilangkan rasa penatnya yang disebabkan oleh
keluarganya.
b. Kondisi rumah tangga orangtua bisa berubah drastis suksesnya atau
sebaliknya. dilihat dari pengaruh, baik kesuksesan atau sebaliknya, sama-sama
bisa menjadi pemicu keburukan bagi sebagian remaja, misalnya mendadak menjadi
bos foya-foya atau berubah pergaulannya dan penampilannya atau mendadak menjadi
frustasi, protes keadaan, protes Tuhan, dll, setelah melihat kondisi
orangtuanya.
3) Media
Masa
a. Media masa merupakan salah satu fakor yang sangat sulit dihindarkan.
Seperti adegan film-fim produksi barat yang mengarah pada vandalisme bisa
mempengaruhi remaja untuk bertindak vandalisme. Ditambah lagi kurangnya
bimbingan dari orang tua
4)
Lingkungan masyarakat
a. Masyarakat terkadang menganggap bahwa para remaja merupakan ancaman bahkan
menganggap mereka sebagai sampah masyarakat yang kurang berguna. Hal tersebut
dapat mendorong para remaja untuk melakukan perusakan atau vandalisme
terhadapap fasilitas umum.
2.3.Pencegahan Terjadinya Vandalisme
Antara lain:
Ø Yang harus kita pikirkan sekarang adalah, bagaimana
menyiasati keadaan psikologis remaja yang seperti ini agar tidak mengarah pada
perilaku destruktif vandalis seperti yang sering kita jumpai.
Ø Karena akar permasalahnnya adalah soal eksistensi,
status, dan identitas, maka solusi yang harus kita berikan pun harus mengarah
kepada poin-poin pokok itu.
Ø Remaja butuh diakui keberadaaanya, butuh diperhatikan
perasaan dan tingkah lakunya, karena itu kita fasilitasi, kita penuhi apa yang
menjadi kebutuhannya.
Ø Jika sarana-sarana
unjuk diri yang positif yang sudah diupayakan disediakan, seperti lomba,
kontes, parade band dsb, tidak jua membawa hasil, bisa jadi karena ajang ajang
semacam itu, hanya akan menyentuh kalangan remaja yang memang high achiever,
mereka yang memang kebutuhan akan prestasinya tinggi.
Ø Kegiatan-kegiatan ini tidak bisa mengalihkan remaja
gangster -yang umumnya rebel dan low achiever-untuk terus menunjukkan dirinya
dengan coret-coret.
Ø Mereka menganggap bahwa yang mereka lakukan bukan sebagai
perusakan fasilitas umum atau sebuah vandalisme. mereka hanya menganggap bahwa
itu adalah sebuah maha karya yang dapat mngekspresikan jiwa mudanya dan
keberaniannya yang sedang bergejolak-jolak
Pada dasarnya akar permasalahan remaja melakukan vandalisme adalah sebagai
ajang eksistensi dan menunjukan status diri atau meluaplan segala yang sedang
mereka rasakan.
Maka solusi yang
harus kita berikan harus mengarah kepada poin-poin pokok itu. Remaja butuh
diakui keberadaaanya, butuh diperhatikan perasaan dan tingkah lakunya, karena
itu kita fasilitasi, kita penuhi apa yang menjadi kebutuhannya.
Untuk mencegah
terjadinya vandalisme atau kenakalan remaja, diperlukan juga peran orangtua,
guru, pemerintah dan masyarakat dan juga media masa.
Untuk lebih jelasnya berikut peran masing-masing yang
bisa dilakukan adalah
Peran Orangtua
antara lain:
antara lain:
• Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal
dan balita
• Membekali anak dengan dasar moral dan agama
• Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua – anak
• Menjalin kerjasama yang baik dengan guru
• Menjadi tokoh panutan bagi anak dalam perilaku
• Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak
• Membekali anak dengan dasar moral dan agama
• Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua – anak
• Menjalin kerjasama yang baik dengan guru
• Menjadi tokoh panutan bagi anak dalam perilaku
• Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak
Peran Guru
antara lain :
antara lain :
• Bersahabat dengan siswa
• Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman
• Memberikan keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatan ekstrakurikuler
• Menyediakan sarana dan prasarana bermain dan olahraga
• Meningkatkan peran dan pemberdayaan guru BP
• Meningkatkan disiplin sekolah dan sangsi yang tegas
• Meningkatkan kerjasama dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain
• Meningkatkan keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek setempat
• Mewaspadai adanya provokator
• Mengadakan kompetisi sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah
• Menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang secara sehat dalam hal fisik, mental, spiritual dan social.
• Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman
• Memberikan keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatan ekstrakurikuler
• Menyediakan sarana dan prasarana bermain dan olahraga
• Meningkatkan peran dan pemberdayaan guru BP
• Meningkatkan disiplin sekolah dan sangsi yang tegas
• Meningkatkan kerjasama dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain
• Meningkatkan keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek setempat
• Mewaspadai adanya provokator
• Mengadakan kompetisi sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah
• Menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang secara sehat dalam hal fisik, mental, spiritual dan social.
Peran Pemerintah dan masyarakat
antara lain:
antara lain:
• Menghidupkan kembali kurikulum budi pekerti
• Menyediakan sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas anak melalui olahraga dan bermain
• Menegakkan hukum, sangsi dan disiplin yang tegas
• Memberikan keteladanan.
• Menyediakan sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas anak melalui olahraga dan bermain
• Menegakkan hukum, sangsi dan disiplin yang tegas
• Memberikan keteladanan.
Peran Media
antara lain:
antara lain:
• Sajikan tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam
tayang sesaui usia)
• Sampaikan berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif)
• Memberikan motivasi motivasi kepada remaja.
• Sampaikan berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif)
• Memberikan motivasi motivasi kepada remaja.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Bahwa vandelisme
dan kenakalan remaja adalah suatu expresi dari dalam diri para remaja yang
ingin eksistensi dan menunjukan status diri di dalam hidup yang bermasyarakat,
kemudian tempat meluang kan atau
mengekspresikan di dalam diri mereka dari pemerintah sekarang belum cukup
terpenuhi dan belum cukup memuaskan hasrat mereka tersebut.
3.2 SARAN
1.
Bahwa pada masa
remaja hendak lah ada nya perhatian lebih dari kedua orang tua mereka
2.
Dalam lingkup hidup
para remaja hendaklah mereka itu di isi dengan yang positip dan bermanfaat bagi
mereka tersebut
3.
Adanya sosialisasi
dari berbagai pihak baik itu Pemerintah, kampus/instut, dan dalam lingkungan
hidup para remaja tersebut tentang bahaya dan merugikan Vandelisme tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/remaja.html
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jkpkbppk-gdl-grey-2000-siti-105-kenakalan
http://majalah-nikah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=79:sakinah-1
http://www.tumbuh-kembang-anak.blogspot.com/2008/05/perkembangan-kognitif-remaja.html
http://luqmantifaperwira.wordpress.com/2009/09/22/tembok-vandalisme-remaja-dan-facebook/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar