Kamis, 09 Agustus 2018

TUGAS PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN




MAKALAH
VANDALISME
DAN KENAKALAN REMAJA



Disusun Oleh
Nama         : Chandra Marulitua .P
Nim           : 710015004
Kelas            :  02

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2016



KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai “Vandalisme dan Kenakalan Remaja”.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak Terutama Dosen Pak Hormat Perangin Angin P,SH yang memberikan tugas dan petunjuk kepada kami dan teman-teman sekalian yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu.
Penyusun juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semuanya.

                                                           Yogyakarta,  Maret 2016


               



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang.

Membicarakan sosok remaja adalah obyek yang tidak pernah basi. Sosok mereka selalu dimulai dengan gejolak baik fisik ataupun mental. Jiwa mereka penuh petualangan. Mereka seolah memiliki dunia tersendiri. pada umumnya jiwa remaja selalu menjadi climber, manusia yang selalu dipenuhi semangat untuk menjadi yang terdepan dalam banyak hal.
 Bahkan banyak dari remaja mencari tantangan-tantangan baru tanpa peduli bahaya dan risiko-risiko yang dihadapinya. jiwa muda yang penuh gejolak inilah yang kadang menyeret remaja pada hal-hal yang tak seharusnya, apalagi jika mereka tak memiliki filter dalam memilih pergaulan. Sebagian dari mereka kadang terjebak dalam “dunia lain” yang menawarkan kebebasan bertindak.
Remaja-remaja dalam sekejap berubah menjadi “preman-preman” yang sarat kekerasan dan kebrutalan sebagai aktualisasi diri dan pengakuan terhadap eksistensi mereka, baik itu secara pribadi atau berkelompok seperti yang banyak kita saksikan dan dengar akhir-akhir ini.
Remaja terlibat genk motor yang brutal, ataupun remaja putri yang terlibat genk brutal dengan menganiaya remaja putri lain yang dianggap melebihi dan menyaingi mereka.
Adakah yang salah dengan mereka? disinilah pentingnya peran guru, orang tua dan masyarakat dalam membimbing para remaja agar tidak terjerumus pada kerusakan. Saya mengangkat tema perusakan pada remaja karena pada saat ini di kalangan remaja melakukan perusakan terhadap suatu fasilitas umum merupakan suatu hal yang biasa bahkan mereka merasa hebat apabila melakukannya.
Maka dari itu saya berusaha mengulas mengapa remaja biasa melakukan perusakan dengan judul Vandalisme dan kenakalan remaja, semoga apa yang saya susun ini bisa bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi para pembaca.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Vandalisme.
Vandalisme adalah suatu sikap kebiasaan yang dialamatkan kepada bangsa Vandal, pada zaman Romawi Kuno, yang budayanya antara lain: perusakan yang kejam dan penistaan segalanya yang indah atau terpuji. Tindakan yang termasuk di dalam vandalisme lainnya adalah perusakan kriminal, pencacatan, grafiti, dan hal-hal lainnya yang mengganggu mata.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 1989) Vandalisme adalah perbuatan merusak dan menghancurkan hasil karya seni dan barang berharga lainnya (keindahan alam dsb). Grafiti merupakan bentuk vandalisme yang paling umum ditemukan di berbagai tempat.
Bentuk-bentuk Vandalisme yaitu: coret-coret, tulisan atau penodaan yang menggunakan ballpoint, spidol, stabillo, maupun pensil warna, Pengguntingan gambar-gambar tertentu, Perobekan pada halaman tertentu,
Bahwa remaja melakukan sesatu yang menurut masyarakat sangat tidak wajar akan tetapi menurut mereka itu biasa saja, karena menurut mereka bahwa melakukan perusakan atau vandalism terhadap fasilitas umum atau barang milik orang lain merupakan ajang untuk mengekspresikan dirinya. Bahwa mereka adalah sekelompok orang yang memiliki keberanian dan kegagahan.
Misalnya dengan cara mencorat-coret fasilitas umum seperti pada dinding, jembatan, jalanan dan lain sebagainya seperti pada gambar di atas. fenomena corat-coret tembok semakin marak akhir-akhir ini, disetiap sudut kota dimana kita mata memandang, pastilah kita akan menjumpainya. variasinya pun semakin beragam, dari sekedar coretan inisial nama kelompok di tembok, hingga mulai gambar-gambar unik yang artisitik
Fenomena ini sangat penting dikaji lebih mendalam untuk menemukan penanganan yang paling tepat mengingat semakin lama dampak merugikan yang ditimbulkannya semakin meluas. untuk menghentikan suatu perilaku dapat kita mulai dengan mengetahui penyebab kemunculan perilaku tersebut, agar intervensi kita untuk mengubah perilaku tersebut lebih tepat dan dengan harapan hasilnya relatif permanen.
Jika kita memahami tahapan perkembangan yang sedang dilalui remaja, kita akan sedikit mengerti, mengapa perilaku vandalisme semacam ini muncul. perilaku coret-coret di kalangan remaja menunjukkan betapa remaja, anak-anak yang baru saja merasa dewasa ini, memiliki kebutuhan akan eksistensi.
Mereka ingin keberadaan mereka diakui, bisa dimaklumi masa-masa yang sedang mereka lewati ini merupakan masa krisis status, masa dimana remaja belum bisa memasuki pranata sosial usia dewasa dengan aktif bermasyarakat namun juga sudah dirasa tidak pantas lagi untuk berpolah dan bergaul bersama anak-anak.
Identitas mereka kabur, mengambang, karena itulah para anak yang baru gede ini sangat ingin diakui, dihargai keberadaannya. mencoretkan nama dan nama kelompok mereka di tembok-tembok kota mereka rasa mampu menjadi sarananya.
Sering juga kita jumpai, coretan-coretan di tembok ini, tak sekedar berisi inisial kelompok, tapi kadang berisi curahan perasaan. “- sedang sedih”jatuh cinta lagi” tulisan tulisan semacam ini sering dijumpai. menarik. karena ternyata hal-hal yang kita sangka masuk dalam wilayah privat, ternyata di publish ke publik dan tentu saja dengan tujuan agar orang lain mengetahuinya.

2.2. Penyebab / Faktor Faktor Terjadinya Vandalisme
Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja untuk berbuat vandalisme diantaranya adalah:
1) Teman sebaya
a. Kalangan remaja biasanya lebih mudah meniru dan terpengaruh oleh teman sebayanya. tingkah laku teman sebayanya biasanya akan mudah diserap dan ditiru oleh remaja, apalagi remaja yang memiliki masalah keluarga. Vandalisme biasanya dilakukan oleh sekelompok remaja yang tidak memiliki tujuan dan mereka merasa bosan dan akhirnya rasa bosan tersebut mereka lampiaskan dengan merusak arau menghancurkan fasilitas-fasilitas umum dan benda-benda di sekitarnya.
b. Kebanyakan remaja mengalami masa masa dimana mereka mencari jati diri dari mereka yang berubah panampilan, gaya hidup, dan pola fikir, disinilah remaja mulai di hadapkan pada masalah-masalah kehidupan yang kadang rumit dan menyimpang juga menyesatkan, dari perubahan perubahan inilah yang menimbulkan tumbuhnya komunitas-komunitas baru, dari komunitas musik, biker's, pic(pokok iso cangkruk), dll.
Itu semua membuat mereka seakan menemukan rekan atau kelompok yang sefaham atau sejalan, idealisme seseorang yang mendorong mereka bergabung di satu komunitas tertentu itu kadang tidak di barengi dengan fikiran jernih dan pemikiran pemikiran yang logis, yang ada hanya "wah ini baru hidup ku " tapi pada dasarnya banyak komunitas-komunitas remaja yang tidak punya arah tujuan, yang penting bisa ngumpul bareng, dari situ maka akan terlahir ide ide yang mana komunitas itu bisa di kenal di masyarakat atau biasa kita kenal dengan krisis popularitas wah,! rupanya, ini lah yang membuat beberapa komunitas menunjukan jati diri mereka dengan melakukan hal-hal positif atau pula negatif.
 Beruntung bagi remaja yang menentukan komunitasnya dengan pemikiran jernih atau bertujuan, mereka bisa mengekspresikan diri mereka di halayak umum dengan berkreasi, disisi lain kehidupan komunitas yang tidak memiliki tujuan, mereka berbuat apapun yang penting bisa di kenal atau di anggap wah,,gagah,,,jago ,,dan sebaginya dengan melakukan tindakan tidakan agak nyeleneh atau bahkan menyimpang
Dari tatanan kehidupan yang ada di lingkungan kita semisal, mereka bertato, tidik, membuat kerusuhan dalam event event music,brutal, premanisme, peruskan atau vandalise dan lain lain, yang mana semua itu sebenarnya membuat bumerang bagi mereka.

Mereka menjadi remaja yang bermasalah dalam masyarakat, sekolah bahkan hilangnya kepercayaan dari orang tua mereka atau biasa kita kenal dengan krisis kepercayaan. jadi semua yang terjadi adalah dari hati mereka hanya ingin mengekspresikan diri mereka, baik positif ataupun negatif itulah seni wujud expresi jiwa melalui media apapun, salah satunya adalah dengan melakukan vandalisme yang mereka anggap sebagai seni yang menunjukan jati diri mereka.

2) Keluarga
a. Remaja yang melakukan vandalisme biasanya berasal dari keluarga yang melakukan kebiasaan yang negatif dan keluarga yang memiliki permasalahan yang membuat si remaja menjadi stres dan mencari sensasi lain yang menurutnya menyenangkan dan dapat menghilangkan rasa penatnya yang disebabkan oleh keluarganya.
b. Kondisi rumah tangga orangtua bisa berubah drastis suksesnya atau sebaliknya. dilihat dari pengaruh, baik kesuksesan atau sebaliknya, sama-sama bisa menjadi pemicu keburukan bagi sebagian remaja, misalnya mendadak menjadi bos foya-foya atau berubah pergaulannya dan penampilannya atau mendadak menjadi frustasi, protes keadaan, protes Tuhan, dll, setelah melihat kondisi orangtuanya.

3) Media Masa
a. Media masa merupakan salah satu fakor yang sangat sulit dihindarkan. Seperti adegan film-fim produksi barat yang mengarah pada vandalisme bisa mempengaruhi remaja untuk bertindak vandalisme. Ditambah lagi kurangnya bimbingan dari orang tua

4) Lingkungan masyarakat
a. Masyarakat terkadang menganggap bahwa para remaja merupakan ancaman bahkan menganggap mereka sebagai sampah masyarakat yang kurang berguna. Hal tersebut dapat mendorong para remaja untuk melakukan perusakan atau vandalisme terhadapap fasilitas umum.



2.3.Pencegahan Terjadinya Vandalisme
 Antara lain:
Ø   Yang harus kita pikirkan sekarang adalah, bagaimana menyiasati keadaan psikologis remaja yang seperti ini agar tidak mengarah pada perilaku destruktif vandalis seperti yang sering kita jumpai.

Ø  Karena akar permasalahnnya adalah soal eksistensi, status, dan identitas, maka solusi yang harus kita berikan pun harus mengarah kepada poin-poin pokok itu.

Ø  Remaja butuh diakui keberadaaanya, butuh diperhatikan perasaan dan tingkah lakunya, karena itu kita fasilitasi, kita penuhi apa yang menjadi kebutuhannya.

Ø   Jika sarana-sarana unjuk diri yang positif yang sudah diupayakan disediakan, seperti lomba, kontes, parade band dsb, tidak jua membawa hasil, bisa jadi karena ajang ajang semacam itu, hanya akan menyentuh kalangan remaja yang memang high achiever, mereka yang memang kebutuhan akan prestasinya tinggi.

Ø  Kegiatan-kegiatan ini tidak bisa mengalihkan remaja gangster -yang umumnya rebel dan low achiever-untuk terus menunjukkan dirinya dengan coret-coret.

Ø  Mereka menganggap bahwa yang mereka lakukan bukan sebagai perusakan fasilitas umum atau sebuah vandalisme. mereka hanya menganggap bahwa itu adalah sebuah maha karya yang dapat mngekspresikan jiwa mudanya dan keberaniannya yang sedang bergejolak-jolak

Pada dasarnya akar permasalahan remaja melakukan vandalisme adalah sebagai ajang eksistensi dan menunjukan status diri atau meluaplan segala yang sedang mereka rasakan.

Maka solusi yang harus kita berikan harus mengarah kepada poin-poin pokok itu. Remaja butuh diakui keberadaaanya, butuh diperhatikan perasaan dan tingkah lakunya, karena itu kita fasilitasi, kita penuhi apa yang menjadi kebutuhannya.

Untuk mencegah terjadinya vandalisme atau kenakalan remaja, diperlukan juga peran orangtua, guru, pemerintah dan masyarakat dan juga media masa.

Untuk lebih jelasnya berikut peran masing-masing yang bisa dilakukan adalah

Peran Orangtua
antara lain:
• Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita
• Membekali anak dengan dasar moral dan agama
• Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua – anak
• Menjalin kerjasama yang baik dengan guru
• Menjadi tokoh panutan bagi anak dalam perilaku
• Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak

Peran Guru
antara lain :
• Bersahabat dengan siswa
• Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman
• Memberikan keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatan ekstrakurikuler
• Menyediakan sarana dan prasarana bermain dan olahraga
• Meningkatkan peran dan pemberdayaan guru BP
• Meningkatkan disiplin sekolah dan sangsi yang tegas
• Meningkatkan kerjasama dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain
• Meningkatkan keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek setempat
• Mewaspadai adanya provokator
• Mengadakan kompetisi sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah
• Menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang secara sehat dalam hal fisik, mental, spiritual dan social.

Peran Pemerintah dan masyarakat
antara lain:
• Menghidupkan kembali kurikulum budi pekerti
• Menyediakan sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas anak melalui olahraga dan bermain
• Menegakkan hukum, sangsi dan disiplin yang tegas
• Memberikan keteladanan.

Peran Media
antara lain:
• Sajikan tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesaui usia)
• Sampaikan berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif)
• Memberikan motivasi motivasi kepada remaja.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Bahwa vandelisme dan kenakalan remaja adalah suatu expresi dari dalam diri para remaja yang ingin eksistensi dan menunjukan status diri di dalam hidup yang bermasyarakat, kemudian tempat meluang kan  atau mengekspresikan di dalam diri mereka dari pemerintah sekarang belum cukup terpenuhi dan belum cukup memuaskan hasrat mereka tersebut.

3.2 SARAN

1.    Bahwa pada masa remaja hendak lah ada nya perhatian lebih dari kedua orang tua mereka
2.     Dalam lingkup hidup para remaja hendaklah mereka itu di isi dengan yang positip dan bermanfaat bagi mereka tersebut
3.     Adanya sosialisasi dari berbagai pihak baik itu Pemerintah, kampus/instut, dan dalam lingkungan hidup para remaja tersebut tentang bahaya dan merugikan Vandelisme tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/remaja.html
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jkpkbppk-gdl-grey-2000-siti-105-kenakalan
http://majalah-nikah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=79:sakinah-1
http://www.tumbuh-kembang-anak.blogspot.com/2008/05/perkembangan-kognitif-remaja.html
http://luqmantifaperwira.wordpress.com/2009/09/22/tembok-vandalisme-remaja-dan-facebook/
http://priasmara.multiply.com/journal/item/43 diposkan oleh Yuda G. A. N. Hidayat di 18.38


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KONSEP PENGETAHUAN LINGKUNGAN

PERLINDUNGAN LAPISAN OZON Ozon adalah Gas alami yang berada di atmosfer, Diatur dalam Protokol Montreal : Ini penjelasan secara rinci...